November 28, 2010

Organisasi Pendidikan

  1. Pendahuluan
Keberadaan manusia di dunia tidak luput dari keanggotaan suatu organisasi. Organisasi merupakan wadah dimana orang berinteraksi  untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan lebih efektif dan efisien.
Pendidikan sebagai infestasi dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan upaya yang dilakukan dalam konteks organisasi, apakah keluarga, masyarakat, sekolah, atau jenis organisasi lainnya. Pendidikan memiliki tujuan yang harus dicapai yang disebut dengan tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan ini akan lebih efektif dan efisien jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan organisasi. Dalam perkembangan zaman saat ini, dimana para orang tua disibukkan dengan berbagai pekerjaan, proses pendidikan bagi anak-anak lebih banyak dipercayakan pada organisasi pendidikan formal (sekolah atau madrasah).
Sekolah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu tempat terjadinya proses pendidikan dan organisasi pendidikan formal yang memiliki tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan sekolah. Penyelenggaraan pendidikan dalam sebuah organisasi menunjukkan bahwa keberadaan organisasi pendidikan ini ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan lebih efektif dan efisien. Pendidikan ditujukan bagi orang-orang yang mengikuti proses pendidikan. Keberlangsungan proses pendidikan ini menjadi dasar bagi penetapan tujuan sekolah sebagai sebuah organisasi. Di Indonesia, lembaga pendidikan diatur oleh undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
  1. Konsep Dasar
    1. Pengertian Organisasi
- Gibson, Ivancevich dan Donelly (1966:6), mendefinisikan Organisasi sebagai “wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dicapai oleh masyarakat secara individu”
-   Stephen P. Robbins (1994:4), mendefinisikan Organisasi sebagai “kesatuan social yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama”
-  Oteng Sutisna (1993:205), organisasi adalah mekanisme yang mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan.
  1. Aspek-aspek Organisasi
Aspek-aspek organisasi adalah komponen-komponen yang harus ada dalam suatu organisasi. O’Connor, T.  (http//www.apsu.edu/occonnort/4000/4000lect1.html) mengungkapkan bahwa organisasi setidaknya memiliki empat komponen utama, yaitu mission(misi), goals (tujuan), objectives (sasaran) dan behavior (perilaku). Mission adalah alasan utama keberadaan suatu organisasi. Goals adalah tujuan umum atau tujuan divisi-divisi fungsional organisasi yang dihubungkan dengan stake holder organisasi. Objectives adalah sasaran/ hasil yang spesifik, terukur dan terkait dengan tujuan. Sedangkan behaviors mengacu pada produktivitas dari tugas-tugas rutin pegawai.
  1. Jenis-jenis Organisasi
-          Formal
Organisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur organisasi yang menjadi pembeda utama antara organisasi formal dan informal. Struktur organisasi formal memperlihatkan unsur-unsur administrasi berikut:
  • Kedudukan
  • Hierarki kekuasaan
  • Kedudukan garis dan staff
-          Informal
Keberadaan organisasi informal dapat dilihat dari 3 karakteristik, yaitu norma perilaku, tekanan untuk adaptasi, dan kepemimpinan informal (Sutisna, 1993:221). Norma perilaku adalah standar perilaku yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok, tidak tertulis tapi disepakati bersama di antara orang-orang dalam organisasi tersebut. Tekanan untuk menyesuaikan diri akan muncul apabila seseorang akan bergabung, tidak hanya secara fisik tetapi melibatkan sosio-emosional individu-individunya dan lebih spesifik pada kesamaan antar individu. Kepemimpinan adalah komponen yang kuat mempengaruhi orang-orang di dalam organisasi, dimana seseorang dipatuhi bukan karena memiliki jabatan, tetapi ada kelebihan yang secara alamiah dan mampu mempengaruhi orang lain tanpa paksaan.
  1. Dimensi Struktur Organisasi
Menurut Robbins, ada 3 komponen yang menjadi struktur organisasi, yaitu:
-          Kompleksitas
Kompleksitas adalah tingkat diferensiasi yang ada dalam sebuah organisasi. Diferensiasi bisa dilihat secara vertical, horizontal dan spasial. Diferensiasi vertical adalah pembedaan yang didasarkan pada kedalaman struktur. Semakin rumit hierarkinya, makan akan semakin sulit dikoordinasikan. Diferensiasi horizontal adalah perbedaan antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggotanya, sifat dari tugas yang dilaksanakan, tingkat pendidikan dan pelatihan pegawai. Sedangkan diferensiasi spasial adalah pembedaan yang didasarkan pada kondidsi geografis.
-          Formalisasi
Formalisasi adalah tingkat sejauh mana pekerjaan di dalam organisasi distandarkan. Standarisasi perilaku akan mengurangi keanekaragaman. Standarisasi mendorong koordinasi dan penghematan.
Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk melakukan standarisasi perilaku pegawai adalah seleksi, persyaratan peran(analisis), peraturan, prosedur, kebijaksanaan, pelatihan dan ritual.
-          Sentralisasi
Sentralisasi adalah tingkat dimana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal organisasi.
  1. Desain Organisasi
Desain organisasi didasarkan pada elemen-elemen umum dalam organisasi. Mintzberg (Robbins, 1994:304) menyebutkan lima elemen umum dalam suatu organisasi, yaitu:
-          The operating core. Para pekerja yang melakukan pekerjaan dasar yang berhubungan dengan produksi dari produk dan jasa.
-          The strategic apex. Manajer tingkat puncak yang diberi tanggung jawab keseluruhan untuk organisasi.
-          The middle line. Para manajer yang menjadi penghubung operating core dengan strategic apex.
-          The techno structure. Para analisis yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan bentuk standarisasi tertentu dalam organisasi.
-          The support staff. Orang-orang yang memberi jasa pendukung tidak langsung kepada organisasi.
Robbins menganalisis desain organisasi yang berbeda, dikarenakan organisasi memiliki system dan aturan yang berbeda. Lima konfigurasi umum yang dimaksud adalah struktur sederhana, birokrasi mesin, birokrasi professional, struktur divisional, dan adhocracy.
Struktur sederhana disarankan untuk organisasi yang kecil dengan karakteristik organisasi yang baru dibentuk, lingkungan organisasi sederhana dan dinamis, menghadapi krisis, atau jika yang mempunyai kekuasaan ingin kekuasaanya didesentralisasi.
Birokrasi mesin didesain untuk organisasi yang secara efektif dapat menangani ukuran yang besar, lingkungan yang sederhana dan stabil, dan sebuah teknologi yang terdiri atas pekerjaan yang rutin distandarisasi .
Birokrasi professional yang didesain untuk pekerjaan yang rutin, hanya saja para anggota birokrasi professional adalah para spesialis teknis yang menghadapi sebuah lingkungan yang kompleks agar berjalan efektif.
Struktur divisional untuk menanggapi strategi yang menekankan keanekaragaman pasar atau produk, dimana organisasi tersebut besar, teknologinya dapat dibagi-bagi, dan lingkungannya cenderung untuk menjadi sederhana dan stabil.
Adhocracy meminta agar manajemen puncak melepaskan kebanyakan pengawasan. Konfigurasi ini cocok untuk organisasi yang memiliki strategi variatif, beresiko tinggi, teknologi tidak rutin, lingkungannya dinamis atau kompleks.
  1. Sekolah sebagai Organisasi Sosial
Sekolah sebagai organisasi social memandang organisasi dalam konteks system social yang memiliki tujuan tertentu. Organisasi social adalah organisasi yang dicirikan oleh ketergantungan antar bagian, kejelasan anggota, perbedaan dengan lingkungannya, hubungan social yang kompleks, dan budaya organisasi yang khas.
  1. Elemen Kunci
Setiap organisasi akan memiliki aktivitas untuk mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan organisasi akan meminta sejumlah aktivitas individu atau kolektif yag harus dikoordinasikan supaya terarah pada pencapaian tujuan. Disinilah interaksi social berlangsung yang tidak hanya dipengaruhi struktur dan anggotanya, tetapi juga oleh budaya, politik, teknik produksi, dan lingkungannya.
Hoy dan Miskel (2001:31), menggambarkan elemen-elemen dalam organisasi sebagi berikut:
Struktur dalam konteks sekolah meliputi peran dan harapan birokrasi, posisi dan hierarki, aturan dan regulasi, serta spesialisasi.
Individu dalam interaksi organisasi yang diatur oleh struktur organisasi memiliki kebutuhan keyakinan, dan pemahaman tersendiri terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Dua hal utama dala individu adalah kognisi dan motivasi. Kognisi terdiri dari kebutuhan, tujuan, keyakinan dan pemahaman. Motivasi merupakan alasan/ motif seseorang bekerja.
Culture (budaya) mereprentasi sesuatu yang tidak tertulis dalam oraganisasi, meliputi nilai dan norma, kebiasaan, keyakinan, cara berpikir, dan artifact (sesuatu yang bersifat fisik). Menurut W. Z. Ouchi (1981), T. E. Deal dan A. A. Kennedy (1982), T. J. Petters dan R. H. Waterman (1982), Kreiner dan Kinicki (2005:90), bahwa kebudayaan memiliki dampak yang besar terhadap perilaku individu dalamorganisasi.
Politics merupakan kekuatan hubungan informal yang memunculkan penyeimbang bagi kekuatan organisai formal. Politik merupakan hal yang bersifat informal, tidak terlihat, dan tidak memiliki legitimasi formal.
Environment adalah segala sesuatu yang berada di luar organisasi. Sebagai system social, organisasi memiliki batas organisasi yang mungkin bias.
Outcomes adalah hasil yang dicapai dari proses transformasi berbagai komponen input. Proses transformasi meliputi interaksi empat komponen, yaitu system struktur, budaya, politik, dan individu.
Internal feedback loops adalah umpan balik internal yang muncul dari berbagai komponen organisasi social (struktur, budaya, politik dan individu).
Eksternal feedback loop umpan balik eksternal yang muncul dari interaksi lingkungan internal sekolah dengan lingkungan eksternalnya.
  1. Sekolah sebagai Organisasi Pembelajar
Sekolah dipandang sebagai organisme yang hidup dan berkembang sebagaimana makhluk hidup. Fasilitasi organisasi supaya kemampuan SDM dapat belajar terus inilah yang berkembang saat ini dan dikenal dengan “learning organization” (LO). LO diperkenalkan oleh Peter Senge sekitar 1990 dan menghasilkan berbagai aplikasi dalam berbagai bidang, salah satunya manajemen.
Cara yang harus dipikirkan oleh kepala sekolah dan personilnya untuk menjadikan sekolahnya tempat LO adalah:
  1. Menemukan berbagai cara untuk membuat struktur organisasi sekolah yang secara terus menerus mendukung layanan pembelajaran dan memperluas kemampuan adaptasi sekolah.
  2. Mengembangkan iklim dan budaya organisasi yag memiliki karakteristik terbuka, kerjasama, dan mampu mengatur diri sendiri.
  3. Mengidentifikasi individu yang progresif, sukses, dan terbuka untuk perubahan.
  4. Mencegah kekerasan, penyelewengan dan politik yang tidak benar dalam layanan pembelajaran.
  5. Memimpin dengan model kepemimpinan transformasional.
  6. Komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan.
  7. Membuat keputusan partisipasif.
  8. Mengembangkan kapasitas sekolah untuk merespon berbagai masalah secara efektif dan menyeluruh.

0 komentar:

Post a Comment